Agustus 26, 2025

Ditlantaskalteng – Berita hari ini Indonesia dan Dunia, kabar terbaru terkini

Memberikan Perlindungan & Pelayanan Terbaik Bagi Masyarakat

Thailand dan Kamboja
2025-06-18 | admin3

Memanas! Thailand Akan Gempur Kamboja dalam Waktu Dekat? Begini Fakta dan Spekulasinya

Hubungan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas dalam beberapa waktu terakhir, menyulut kekhawatiran akan potensi konflik terbuka antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara ini. Kabar yang menyebutkan bahwa Thailand akan menggempur Kamboja dalam waktu dekat pun mulai beredar di berbagai media sosial dan grup diskusi politik. Namun, benarkah ancaman tersebut nyata atau hanya sekadar spekulasi yang dibesar-besarkan?

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja bukanlah hal baru. Dalam sejarah panjang hubungan kedua negara, berbagai isu perbatasan telah menjadi sumber konflik yang berulang. Salah satu yang paling terkenal adalah sengketa Candi Preah Vihear, sebuah situs warisan budaya yang diakui oleh UNESCO dan terletak di perbatasan antara kedua negara. Meskipun Mahkamah Internasional telah memutuskan pada 1962 bahwa situs tersebut milik Kamboja, ketegangan soal akses dan wilayah di sekitar candi tersebut masih terus terjadi hingga kini.

Isu terbaru yang memanaskan situasi diduga bermula dari klaim militer Thailand terkait aktivitas militer Kamboja di dekat garis perbatasan. Thailand menganggap bahwa pembangunan pos militer dan patroli intensif oleh Kamboja di wilayah yang masih dipersengketakan merupakan bentuk provokasi yang melanggar kesepakatan bilateral. Kamboja, di sisi lain, mengklaim bahwa langkah tersebut adalah tindakan perlindungan wilayah kedaulatan mereka dari potensi pelanggaran oleh militer Thailand.

Ketegangan ini semakin meningkat setelah beberapa pernyataan dari tokoh militer Thailand beredar, yang menyiratkan bahwa mereka siap mengambil tindakan tegas jika Kamboja slot gacor 10k tidak menarik pasukannya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa militer Thailand telah meningkatkan kesiagaan di provinsi yang berbatasan langsung dengan wilayah timur laut Kamboja. Pergerakan alat berat dan latihan militer yang lebih intens juga turut menambah kekhawatiran masyarakat setempat.

Di tengah ketegangan ini, pemerintah Kamboja menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan perang dan menyerukan dialog terbuka sebagai solusi damai. Namun, mereka juga menegaskan bahwa akan tetap mempertahankan setiap jengkal tanah Kamboja jika terjadi pelanggaran dari pihak luar. Sikap tegas ini didukung oleh berbagai elemen masyarakat Kamboja yang memandang tindakan Thailand sebagai bentuk ancaman terhadap kedaulatan nasional.

Sementara itu, negara-negara ASEAN mulai menyuarakan kekhawatiran atas situasi yang berkembang di antara kedua anggotanya ini. Beberapa pihak mendorong agar Thailand dan Kamboja segera duduk bersama di meja perundingan untuk menghindari eskalasi militer yang bisa memicu ketidakstabilan kawasan. Diplomasi regional kini kembali diuji, terutama dalam menjaga perdamaian di antara negara-negara Asia Tenggara yang selama ini menjunjung prinsip non-agresi.

Pengamat politik regional menyebut bahwa ancaman serangan dalam waktu dekat masih tergolong kecil, namun bukan mustahil jika ketegangan terus dibiarkan. Faktor nasionalisme, tekanan internal dari kelompok garis keras, serta kekhawatiran akan kehilangan muka di mata publik bisa mendorong salah satu pihak untuk mengambil langkah drastis. Dalam dunia diplomasi, situasi seperti ini sangat rentan terhadap kesalahan perhitungan yang dapat berujung fatal.

Media internasional pun mulai meliput ketegangan ini, karena stabilitas di Asia Tenggara sangat penting bagi jalur perdagangan dan investasi global. Banyak pihak berharap agar kedua negara bisa menahan diri dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah kawasan. Peran aktif dari organisasi internasional seperti PBB atau bahkan tokoh senior ASEAN sangat diharapkan untuk menengahi konflik ini.

Apakah Thailand benar-benar akan menggempur Kamboja dalam waktu dekat masih menjadi tanda tanya besar. Namun yang jelas, situasi saat ini mengingatkan pentingnya diplomasi damai, komunikasi terbuka, dan penghormatan terhadap batas wilayah serta kedaulatan masing-masing negara. Keamanan dan perdamaian di kawasan harus dijaga bersama, bukan dirusak oleh ambisi sepihak yang berpotensi menimbulkan bencana bagi jutaan rakyat di kedua negara.

BACA JUGA: Profil Greta Thunberg, Aktivis yang Berusaha Dobrak Blokade Israel di Gaza

Share: Facebook Twitter Linkedin
Berita 10 Juni 2025
2025-06-10 | admin 9

Profil Greta Thunberg, Aktivis yang Berusaha Dobrak Blokade Israel di Gaza

ISRAEL telah menginstruksikan militernya untuk mencegah sebuah kapal bantuan, armada Madleen, mencapai Gaza. Di dalam kapal tersebut terdapat 12 aktivis, termasuk aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengeluarkan pernyataan yang menyatakan, “Saya telah menginstruksikan militer untuk mencegah armada Madleen mencapai Gaza.”

Dia lebih lanjut berbicara kepada Thunberg dan rekan-rekan aktivis lainnya, menyebut https://wowbudgethotel.com/special-offers/ mereka sebagai “corong propaganda Hamas” dan memperingatkan, “kembalilah karena Anda tidak akan mencapai Gaza”.

Kelompok yang berangkat dari Sisilia pada 1 Juni lalu, mengangkut pasokan penting bagi warga Palestina di Gaza, yang sedang dikepung dan menghadapi kekurangan yang parah. Kargo tersebut termasuk susu formula bayi, tepung, beras, popok, produk sanitasi wanita, alat desalinasi air, perlengkapan medis, kruk, dan kaki palsu untuk anak-anak.

Berbicara dari atas kapal bantuan, Thunberg mengatakan kepada Middle East Eye bahwa pemerintah telah mengecewakan rakyat Palestina, dan menyerahkannya kepada individu-individu biasa untuk mengambil tindakan. “Kita tidak bisa diam saja dan membiarkan hal ini terjadi. Kami menyaksikan. genosida yang terjadi, setelah puluhan tahun penindasan sistematis, pembersihan etnis, pendudukan,” katanya.

Thunberg menekankan bahwa para aktivis adalah “manusia biasa, sangat prihatin dengan apa yang terjadi, dan tidak menerima apa yang sedang terjadi “.

Siapa Greta Thunberg?

Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg, lahir 3 Januari 2003, di Stockholm, Swedia, adalah seorang aktivis lingkungan terkemuka yang dikenal karena upayanya memerangi perubahan iklim. Pada tahun 2018, ia meluncurkan gerakan Fridays for Future, yang juga dikenal sebagai School Strike for Climate, seperti dilansir Britannica.

Greta berasal dari keluarga yang terdiri atas seorang ibu yang penyanyi opera, dan ayah yang aktor. Didiagnosis dengan sindrom Asperger – sekarang diklasifikasikan sebagai gangguan spektrum autisme – Greta menunjukkan fokus intens yang khas dari kondisi tersebut, dan menyalurkannya ke dalam komitmennya terhadap aktivisme iklim.

Masa kecil Greta Thunberg berakhir saat pandemi. Tepat sebelum COVID-19 melanda, remaja Swedia ini dan rekan-rekan aktivisnya telah berhasil mengorganisir sebuah pawai yang menarik jutaan orang – berpotensi menjadi protes iklim terbesar yang pernah ada.

Baca Juga : Kasus Ormas Diciduk Polisi dalam Operasi Jaya 2025: Kronologi dan Fakta Lengkap

Dia pertama kali menyadari perubahan iklim pada usia sekitar delapan tahun, dan segera setelah itu, dia membuat perubahan gaya hidup yang signifikan: mengadopsi pola makan vegan dan menolak bepergian dengan pesawat terbang, kedua pilihan yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.Bertekad untuk mendorong tindakan politik, Greta memulai protes tunggal di luar parlemen Swedia pada minggu-minggu menjelang pemilihan umum September 2018, dengan memegang tanda bertuliskan “Skolstrejk för Klimatet” (Mogok Sekolah untuk Iklim). Awalnya Greta sendirian. Namun, saat protesnya menarik perhatian, beberapa orang mulai bergabung dengannya.

Share: Facebook Twitter Linkedin
Berita Terkini Singkat
2025-05-02 | admin3

Berita Terkini Persiapan Pemilu 2029 Mulai Disosialisasikan

Berita terkini memasuki tahun 2025, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia mulai melakukan langkah awal dalam menyosialisasikan Pemilu Serentak 2029. Meskipun pelaksanaannya masih empat tahun lagi, tahapan awal berupa pendataan, edukasi pemilih pemula, serta penguatan sistem digital pemilu mulai digulirkan sejak Mei 2025. Hal ini bertujuan untuk memastikan pelaksanaan pemilu mendatang lebih inklusif, transparan, dan partisipatif.

Awal Sosialisasi: Edukasi Pemilih dan Tahapan Pemilu

KPU menargetkan pendidikan pemilih sejak dini melalui kerja sama dengan sekolah, perguruan tinggi, dan organisasi kepemudaan. Langkah ini dianggap strategis mengingat sebagian besar pemilih di 2029 nanti adalah generasi muda dan pemilih pemula yang lahir setelah 2007.

Program edukasi ini mencakup:

  • Pemahaman sistem pemilu nasional

  • Pentingnya partisipasi politik yang sehat

  • Bahaya politik uang dan disinformasi digital

  • Simulasi pemungutan suara berbasis teknologi

Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui media sosial, webinar, siaran televisi edukatif, serta penyebaran materi kampanye digital oleh relawan demokrasi.

Penguatan Infrastruktur Digital Pemilu

Sebagai bagian dari modernisasi penyelenggaraan pemilu, KPU bersama Kementerian Kominfo mempercepat pengembangan sistem pemilu digital yang lebih terintegrasi. Beberapa fokus penguatan meliputi:

  • Sistem rekapitulasi elektronik (e-rekap) yang lebih andal dan tahan manipulasi

  • Validasi data pemilih berbasis NIK yang terhubung langsung dengan Dukcapil

  • Pengamanan siber dan sistem cadangan data (backup cloud) untuk mengantisipasi potensi peretasan

Langkah ini merupakan respons terhadap evaluasi Pemilu 2024 dan Pilkada 2024 yang masih menyisakan sejumlah kendala teknis dan administratif.

Tahapan Awal: Pemutakhiran Data dan Penyusunan Regulasi

Pada semester kedua 2025, KPU juga mulai menyusun draf awal regulasi dan pedoman teknis Pemilu 2029. Seiring dengan itu, proses pemutakhiran data pemilih (DP4) bekerja sama dengan Kemendagri dan Bawaslu juga dimulai, guna memperbaiki akurasi dan inklusivitas daftar pemilih tetap (DPT).

Selain itu, ada wacana untuk memperluas skema e-voting di wilayah-wilayah tertentu, terutama daerah terpencil atau kepulauan, guna meningkatkan efisiensi logistik dan keterjangkauan layanan pemilu.

Partisipasi Masyarakat Sipil dan Akademisi

Persiapan Pemilu 2029 tidak hanya rajazeus menjadi tanggung jawab penyelenggara, tetapi juga melibatkan masyarakat sipil, LSM, serta akademisi. Beberapa universitas sudah mulai membentuk pusat studi kepemiluan yang akan berperan aktif dalam:

  • Menganalisis tantangan pemilu berbasis data

  • Melakukan pengawasan partisipatif

  • Mendorong literasi politik berbasis kampus dan komunitas

Keterlibatan publik diharapkan mampu menciptakan pemilu yang bersih, adil, dan mengakar dalam demokrasi yang matang.

Antisipasi Tantangan Masa Depan

KPU juga mulai menyiapkan strategi untuk mengantisipasi tantangan yang mungkin muncul menjelang 2029, antara lain:

  • Polarisasi politik di media sosial

  • Ancaman disinformasi dan deepfake dalam kampanye

  • Kepatuhan terhadap regulasi dana kampanye digital

  • Pemilu inklusif bagi disabilitas dan diaspora

Oleh karena itu, pendekatan komprehensif dan kolaboratif menjadi kunci utama dalam merancang Pemilu 2029 yang tidak hanya lebih efisien, tapi juga berintegritas tinggi.

BACA JUGA: Berita Terkini: Persiapan dan Aktivitas Pelabuhan Tanjung Priok Menjelang Lebaran 2025

Share: Facebook Twitter Linkedin